Tahun rilis: 2003
Sutradara: Nigel Cole
Bintang: Helen Mirren, Julie Walters, Linda Bassett, Celia Imrie, Philip Glenister
My rate: 3.5/5
Hal paling memikat dari komedi Inggris adalah kelucuan yang disampaikan dengan gaya bersahaja, dan mengandalkan dialog-dialog serba terkendali yang menyampaikan kelucuannya dengan lembut namun "menohok," bukan dengan ledakan-ledakan kelucuan menjurus slapstick yang pada akhirnya nampak terlalu dipaksakan. Hal yang sama bisa dirasakan ketika menonton Calendar Girls, drama komedi independen yang menampilkan bintang-bintang wanita paruh baya dalam kisah yang "biasa sekaligus tidak biasa." Sekumpulan wanita paruh baya dan lanjut usia yang bekerjasama mengumpulkan sumbangan untuk amal mungkin terdengar terlalu biasa untuk ukuran naskah film komedi, tapi bagaimana jika mereka melakukannya dengan cara berpose untuk kalender bugil?
Annie (Julie Walters), seorang wanita paruh baya yang tinggal di pedesaan Yorkshire, kehilangan suaminya akibat kanker. Dia pun berniat mengumpulkan sumbangan lewat yayasan Women's Institute (WI) untuk membeli sofa yang akan dihadiahkan untuk rumah sakit tempat suaminya dirawat. Akan tetapi, karena cabang WI di Yorkshire terkenal kurang berhasil menarik minat dalam berbagai kegiatan amal karena dianggap membosankan, Chris (Helen Mirren), sahabat Annie, mendapat ide membuat kalender bugil artistik yang menampilkan mereka berdua serta beberapa rekan lain dari WI. Mereka dan beberapa teman lain yang bersedia berpartisipasi pun meminta bantuan Lawrence, seorang fotografer amatir yang penggugup dan polos, untuk memotret mereka.
Kalender mereka pun menciptakan sensasi media, walau sempat menghadapi tentangan dari cabang pusat Women's Institute. Akan tetapi, ketenaran baru ini memberi beban tambahan bagi mereka, terutama Chris yang putranya menjadi bandel serta dituduh mengonsumsi narkoba. Ketika akhirnya mereka diundang ke Hollywood setelah kepopuleran proyek kalender tersebut meledak di Amerika, Chris dan Annie harus menghadapi dilema antara menikmati babak baru ketenaran atau runtuhnya kehidupan biasa yang telah mereka kenal.
Secara keseluruhan, Calendar Girls adalah tipikal film drama komedi bersahaja dengan plot familiar: sekumpulan kawan ingin melakukan hal baik dengan cara tidak biasa, menghadapi halangan, menerjang rintangan, meraih kesuksesan, kesuksesan membutakan mereka, masalah mulai menghampiri, konflik internal, lalu penyelesaian (biasanya berupa para protagonis menyadari bahwa tak ada yang bisa menggantikan kehidupan lama mereka). Standar 'kan? Tapi Nigel Cole lumayan berhasil mengemasnya menjadi tontonan yang hangat, sederhana, tetapi menyenangkan, dengan taburan humor ala Inggris bersahaja di sana-sini yang akan terasa lucunya justru ketika film ini ditonton lagi.
Daya tarik film ini, selain akting Helen Mirren, Julie Walters, dan Philip Glenister sebagai Lawrence si fotografer pemalu dan penggugup, adalah tentu saja premisnya. Membuat sekumpulan wanita paruh baya dan lanjut usia bugil di depan kamera tentu saja sesuatu yang mengundang rasa penasaran, terutama ketika diadu dengan para wanita Inggris yang berasal dari sebuah desa tradisional. Mengadu karakteristik pedantiknya Inggris dengan sesuatu yang "kontroversial" adalah salah satu andalan berbagai komedi Inggris sukses, seperti yang disajikan oleh Mr. Bean, Mind Your Language, atau The Full Monty yang menampilkan sekumpulan pria pekerja pabrik yang dipecat dari pekerjaan dan menjajal jadi penari bugil.
Kalau Anda penasaran: no, there is no full nudity here. Pose-pose yang ditampilkan para wanita ini ditata sedemikian rupa sehingga kesannya nakal dan nyeni: menggunakan tanaman dalam pot, pajangan susun kue, rajutan, dan alat pembuat jus tradisional untuk menutupi daerah-daerah sensitif. Sangat menggemaskan melihat bagaimana mereka, dengan takut-takut tetapi tetap penuh tekad, perlahan "membuka diri" (secara harfiah dan tersirat) di depan si fotografer, termasuk salah satu adegan favorit saya ketika mereka saling menelepon dan janjian untuk melepas bra di saat yang bersamaan supaya tidak ada bekas tali bra di kulit saat akhirnya dipotret. Lawrence si fotografer juga tampil sebagai karakter yang mungkin terlihat klise (pria pemalu yang tak henti-hentinya digoda oleh sekumpulan ibu-ibu yang berani), tetapi berhasil memberi momen-momen kocak singkat.
Calendar Girls juga tidak menampilkan konflik berarti (konflik pertentangan antara Chris, Annie dan para anggota WI lainnya juga tidak terlalu "menggigit"), tetapi saya tidak peduli, karena saya lebih menikmati kehangatan cerita, komedi bersahaja, dan premis unik yang ditawarkan. Premis semacam ini mungkin berpotensi menjadi komedi slapstick dengan berbagai lelucon kasar di tangan sutradara film komedi Amerika, tetapi Nigel Cole berhasil mengubahnya menjadi drama komedi sederhana, hangat dan tahu batas.
Calendar Girls mungkin bukan sebuah hidangan yang mengenyangkan, tetapi lebih seperti satu set sajian teh dan kue sore; tidak terlalu memuaskan perut, tetapi tidak akan ada yang bisa menyangkal nikmatnya minum teh sambil mengudap dan bersantai sejenak, bebas dari yang ruwet-ruwet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Gimana pendapat Anda?