Jumat, 14 Februari 2020

Review: Little Fish


Tahun rilis: 2005
Sutradara: Roman Woods
Bintang: Cate Blanchett, Hugo Weaving, Sam Neill, Dustin Nguyen, Martin Henderson, Noni Hazlehurst
My rate: 3.5/5

Sejak mengalami masa kebangkitan pada awal tahun 1970-an, sinema Australia telah menunjukkan perubahan cukup drastis dari masa awal perkembangannya. Tren memotret cerita dari latar belakang sejarah "gersang" lanskap Australia serta literatur klasiknya berganti menjadi drama urban yang memotret wajah warna-warni Australia modern dengan persoalan kontemporernya. Film drama indie Little Fish mungkin berfokus pada beberapa karakter kecil yang akan terbenam dalam lingkungan sosial Australia modern, namun drama kecil ini pandai memotret kegelisahan dan ketidakpastian sosok-sosok di luar glamornya brosur wisata: mereka yang hanya ingin mencapai standar hidup seperti orang-orang lainnya, namun dibebani jangkar personal yang tidak kunjung lepas.


Tracy (Cate Blanchett) adalah mantan pecandu narkoba berusia 32 tahun yang berusaha hidup bersih. Bekerja sebagai manajer di tempat penyewaan video, Tracy bercita-cita menjadi pemilik bisnis, namun masa lalunya membuatnya selalu gagal meminjam dana dari bank. Tracy tinggal di rumah kecil bersama ibunya (Hazlehurst) dan adiknya, Ray (Henderson). Tracy sesekali berkunjung ke rumah ayah tirinya, Lionel (Hugo Weaving), yang juga pecandu dan kini hanya bisa mengenang kejayaan masa lalunya sebagai pemain rugbi.

Sebentuk harapan datang dalam kehadiran Johnny (Nguyen), mantan kekasih Tracy yang sebelumnya juga pecandu, namun kini telah menjadi pialang saham di Kanada. Akan tetapi, ketika beberapa rahasia terungkap, Tracy yang putus asa harus bekerja sama dengan Ray, Johnny, dan Lionel untuk melakukan satu misi besar terakhir demi mendapat modal yang dibutuhkannya untuk berbisnis, walau itu berarti menantang bahaya sekali lagi.

Lepas dari posisi geografisnya yang cukup dekat dengan kita, sinema Australia relatif "kalah" saing dalam hal popularitas dibandingkan Hollywood atau sinema dan drama Korea, misalnya. Akan tetapi, dari beberapa sinema Australia yang saya bahas di sini, hampir semua menunjukkan karakteristik unik serupa sejak booming-nya pada awal tahun 1970-an dan 1980-an. Little Fish adalah produk periode 1990-an hingga 2000-an, ditandai dengan mulai bermunculannya film-film berbujet kecil yang memotret Australia era kontemporer.

Little Fish menunjukkan ciri-ciri kontemporer ini. Satu hal yang menyolok, latar belakang sebagian besar adegannya bukan di area populer di Sydney, tetapi Cabramatta, yang terkenal dengan komunitas Vietnam keturunan "manusia perahu" yang menjadi pengungsi pada tahun 70-an saat Vietnam Utara mengambil alih Vietnam Selatan. Keluarga kulit putih Tracy dan komunitas Vietnam yang mengelilingi kehidupannya seolah menjadi potret kecil Australia: para karakternya menunjukkan perbedaan menyolok antar kelas berbeda dalam komunitas mereka masing-masing.

Satu hal yang terus muncul sepanjang film: imaji air, yang sepertinya juga menjadi simbol untuk hal yang dialami tokoh-tokohnya (terutama Tracy). Tracy digambarkan menghabiskan waktu luangnya dengan berenang di kolam renang umum, dan kenangan masa kecilnya saat keluarganya bersama Lionel masih utuh hadir dalam bentuk perjalanan ke pantai. Adegan pembuka film ini juga menggambarkan aktivitas pasar tradisional Vietnam saat Tracy berjalan melaluinya dengan pandangan setengah kabur dan limbung, seolah dia masih tertinggal di dalam air. Tracy seolah memandang lingkungan sekitarnya dari balik "dinding" air: dia ada di antara mereka, tetapi sekaligus seolah tidak hadir di sana. Dia merasa terasing, sulit melebur walau ada di keramaian.

Kelimbungan ini juga tampak dalam perjuangan Tracy untuk hidup bersih. Setelah bebas dari cengkeraman narkoba dan mendapat pekerjaan, Tracy merasa tidak puas dengan hidupnya yang begitu-begitu saja. Ketika bos tempat penyewaan videonya menawarkan kerja sama untuk mengembangkan bisnis, Tracy dengan bersemangat mulai mencari pinjaman, namun sejarah narkoba serta penipuan kartu kredit yang dulu pernah dilakukannya membuatnya selalu gagal meminjam walau rencana bisnisnya solid. Tracy berusaha hidup lurus karena masyarakat mengecam kehidupan masa lalunya yang kelam, namun masyarakat yang sama seolah menahan upayanya untuk menata kembali hidupnya walau dia sudah meninggalkan masa lalunya.

Karakter di sekitar Tracy juga mengalami problem yang mirip. Lionel, ayah tiri yang disayanginya, adalah orang yang sama yang memperkenalkan heroin pada Tracy, namun Tracy tidak bisa memutuskan hubungan dengannya walau Lionel masih "memakai". Adik Tracy, Ray, kehilangan kaki dalam kecelakaan, dan hanya bisa melakukan pekerjaan bergaji kecil. Bahkan Johnny, mantan pacar Tracy yang nasibnya terlihat jauh lebih baik, merasa terasing di tengah keluarga besarnya, yang merupakan potret "imigran panutan" dari kalangan komunitas Vietnam. Mereka bagaikan sedang berenang: kepala mereka timbul-tenggelam di permukaan air, berusaha keras agar tak tenggelam.

Little Fish tidak menggunakan pendekatan dramatis. Tracy dan para karakter lainnya digambarkan berbicara dan bersikap "layaknya orang biasa". Alih-alih long shot, Woods memilih banyak adegan close-up serta penggunaan musik yang minimalis untuk menciptakan "keintiman dari keseharian". Makanya, saya merasa agak kebingungan ketika mood film ini mendadak berubah di seperempat bagian terakhirnya, dan plot tambahan terkait polisi korup yang bekerja sama dengan gembong narkoba kawan Lionel terasa seperti sempalan yang tidak perlu. Rata-rata ulasan publik dan kritikus pun menyorot perubahan mendadak mood ini, yang seolah diselipkan hanya karena skenarionya entah bagaimana harus berakhir.

Lepas dari bagian akhir yang agak kedodoran, para bintang dalam Little Fish sukses memerankan sosok-sosok di luar tipe yang biasanya mereka perankan. Cate Blanchett, yang peran-perannya kerap memanfaatkan sorot mata dingin serta keanggunan tenangnya, sukses memerankan mantan pecandu narkoba yang hidup setengah limbung dan perlahan dikuasai keputusasaan. Yang paling menyolok mungkin Hugo Weaving, yang dalam film ini benar-benar habis-habisan merombak dirinya menjadi sosok yang patut dikasihani sekaligus membuat jijik. Dustin Nguyen sebagai Johnny pun berhasil keluar dari peran-peran pembantu serta karakter petarung yang kerap melekat pada dirinya.

Little Fish mungkin sebuah drama indie kecil, namun kemampuannya menyorot keputusasaan diam-diam seorang mantan pecandu narkoba saat berusaha hidup bersih patut dipuji, terutama karena sang sutradara dengan piawai berhasil mengurai kisahnya tanpa berpatokan pada aspek-aspek dramatis, baik dari segi karakter, musik, maupun cara pengambilan gambar. Paling tidak, kisah kecil ini menunjukkan bahwa "jalan menuju pertobatan" ternyata tidak semulus kata para polisi moral, walau mereka juga yang paling nyaring menuntut pertobatan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gimana pendapat Anda?