Tahun rilis: 2009
Sutradara: Paul Solet
Bintang: Jordan Ladd, Gabriel Rose, Samantha Ferris, Stephen Park
My rate: 3/5
Grace memang film yang sudah agak lama, namun agak kurang terekspos walaupun filmnya sendiri cukup bagus (tapi sepertinya memang banyak film horor bagus yang bernasib seperti ini). Grace punya tema yang cukup unik dan digarap dengan bagus, dan film ini punya semuanya: emosi, drama, kengerian yang tidak 'menerjang' kita langsung namun merayap perlahan-lahan, dan tentunya akting yang kuat dari Jordan Ladd sebagai tokoh utama, Madeline.
Grace dibuka oleh suami istri Madeline (Jordan Ladd) dan Michael (Stephen Park) yang sedang berusaha keras untuk mendapatkan keturunan setelah bertahun-tahun gagal, dan akhirnya sukses. Madeline yang vegetarian sering dibuat tertekan oleh ibu mertuanya, Vivian, yang punya sifat mendominasi, tidak begitu menerima terhadap pilihan Madeline untuk menjadi vegetarian, dan posesif terhadap putranya. Ia juga memaksa Madeline untuk menggunakan jasa dokter kandungan pilihannya yaitu dr. Sohn, namun Madeline yang tidak cocok dengannya memilih pergi ke klinik Patricia (Samantha Ferris), mantan kekasihnya yang membuka klinik persalinan alami. Suatu ketika, Madeline dan Michael mengalami kecelakaan mobil, dan Michael serta janin Madeline tewas.
Madeline pun tenggelam dalam depresi, namun tidak mengijinkan janinnya dikeluarkan. Patricia, yang menangani Madeline, mengabulkan permintaan Madeline untuk membiarkan dirinya mengandung janin mati itu hingga waktu kelahiran yang sebelumnya sudah ditentukan, dan kemudian melahirkan si janin di dalam bak air untuk persalinan. Janin yang lahir tersebut memang sudah mati, namun kemudian ternyata kembali menunjukkan tanda-tanda kehidupan, sehingga Madeline sangat gembira dan menamai si bayi (perempuan) Grace.
Hal-hal ganjil mulai terjadi setelah Madeline merawat Grace di rumah. Mulanya, ia melihat banyak lalat di dalam kamar Grace, sehingga ia harus memasang kertas lem lalat. Grace juga mengeluarkan bau busuk walaupun tidak ada apa-apa di popoknya, dan ketika Madeline memandikannya, kulit Grace menjadi terkelupas dan memerah. Madeline pun tidak bisa menyusui Grace dengan benar karena Grace ternyata tidak bisa mencerna ASI-nya. Ketika payudara Madeline berdarah saat menyusui, Madeline melihat bahwa Grace ternyata meminum darahnya dengan lahap. Madeline mencoba memberi darah sapi ke Grace, namun Grace menolaknya. Jadilah Madeline membiarkan Grace 'menyusui' dari payudaranya yang terluka, begitu terus setiap hari, sehingga Madeline semakin lemah dan rumahnya semakin tidak terurus.
Patricia, yang masih punya perasaan terhadap Madeline, mencoba mengontaknya. Vivian, yang masih berduka atas kematian putranya, juga penasaran ketika melihat rumah Madeline yang tidak terurus. Akan tetapi, Vivian yang ingin mengambil bayi Madeline untuk diasuh sendiri kemudian bersekongkol dengan dr. Sohn agar mereka bisa menyatakan Madeline sebagai ibu yang tak mampu mengasuh anaknya. Satu-persatu mereka mendatangi Madeline, dan masing-masing mendapat kejutan tidak terduga ketika mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di balik pintu rumah Madeline.
Grace kalau menurut saya bukan tipikal film horor yang menampilkan kengerian yang menohok, melainkan lebih ke drama-horror. Sutradara Paul Solet nampaknya memang tidak berniat menjadikan Grace sebagai sebagai film horor tipikal yang memajang sumber kengerian dari hantu, makhluk pengisap darah, atau 'tokoh' film horor favorit lainnya. Grace si bayi pengisap darah bahkan bukan sumber kengerian dalam film ini; ia lebih sebagai faktor pendorong bagi berbagai keputusan para karakter dewasa seperti Madeline dan Patricia, yang kemudian membentuk jalan cerita.
Sumber kengerian dalam film ini adalah fakta bahwa betapa jauh seorang ibu akan melakukan berbagai hal demi anaknya, bahkan sampai melakukan hal-hal yang mungkin tak terbayangkan sebelumnya. Kengerian Grace tidak menohok, tidak membuat Anda terlonjak dari kursi menutup mata, namun membuat Anda merasa jeri membayangkan apa yang Madeline sebagai ibu bisa lakukan demi putrinya. Tidak heran kalau situs film Rotten Tomatoes menyebutnya sebagai "artful exploration of twisted maternal instinct."
Saya juga menangkap tema simbolik yang menggambarkan depresi yang dialami kaum ibu pasca melahirkan, dimana hal ini cukup umum terjadi namun terkadang berakibat buruk bagi seorang ibu yang tidak mendapat teman berbicara atau tidak mendapat cukup dukungan dari lingkungannya untuk melalui periode ini. Walaupun dalam film ini Madeline digambarkan sendirian dan depresi karena suaminya meninggal, tapi saya pikir sama saja dengan ibu-ibu yang mengalami sindroma depresi pasca melahirkan namun merasa sendirian dan tidak didukung oleh orang sekitarnya ketika mereka sendirian menghadapinya. Ketika melihat ekspresi Madeline yang kesakitan saat 'menyusui' Grace dengan darahnya, ada beragam emosi yang terasa: kagum atas keteguhan Madeline dalam rasa cintanya terhadap putrinya, dan jeri melihat betapa sang putri yang dicintainya itu juga perlahan-lahan mengisap energinya, membuatnya merasa lemah dan sakit.
Solet juga memotret beberapa isu terkait kehamilan dan persalinan, misalnya ibu hamil yang harus menghadapi dokter pria yang tidak simpatik, tekanan dari keluarga dan tuntutan sosial, hingga keputusan untuk memilih cara persalinan. Ada juga eksplorasi terhadap sisi gelap dari naluri keibuan, yang tidak hanya ditunjukkan oleh Madeline, namun juga bentuk interaksi antara Vivian dan suaminya yang berakar dari kebutuhan patologis untuk selalu memiliki putranya (dan membuat karakter Vivian lebih dari sekedar tipikal ibu mertua nyebelin). Saya suka perkembangan karakter tiap tokohnya, termasuk binar-binar romansa Madeline dan Patricia yang jelas-jelas masih mencintai Madeline walau Madeline sudah menikah.
Intinya, jika Anda mau film horor yang mengejutkan, mengagetkan dan banyak cipratan darah, Grace mungkin bukan pilihan Anda. Akan tetapi, jika Anda ingin melihat sejauh mana sisi gelap naluri keibuan akan membawa seseorang, inilah film yang patut ditonton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Gimana pendapat Anda?