Kenapa ada lebih banyak film tentang anjing daripada kucing? Jawaban mudahnya sih karena anjing lebih mudah dilatih daripada kucing. Tetapi, hal itu mungkin juga terkait fakta bahwa anjing citranya cenderung lebih positif daripada kucing. Misalnya, anjing dianggap lebih setia, penurut, dan "ceria", sementara kucing dianggap egois, nakal, susah menurut, dan "jahat". Akibatnya, selain film-film animasi dan film komedi kaya CGI macam Nine Lives yang ternyata tidak laku, film yang menampilkan kucing dengan pesona alaminya cenderung sedikit. Makanya, saya suka sekali melihat Sigourney Weaver sebagai si tangguh Ripley membawa kucing ke pesawat luar angkasa dalam Alien, karena jarang-jarang gitu lho tokoh jagoan malah sibuk memikirkan kucingnya ketika pesawatnya sudah hampir meledak, semua awaknya mati, dan alien mengerikan mengepungnya.
Karena penasaran, belakangan ini saya mencoba mencari tahu film-film apa saja yang menampilkan kucing dengan pesona alaminya. Bukan film animasi. Bukan film di mana si kucing hanyalah efek khusus seperti dalam Garfield. Bukan film di mana kucing adalah tokoh jahat atau perlambang kengerian seperti dalam film horor klasik macam The Uncanny dan Eye of the Cat. Benar-benar hanya kucing biasa yang berinteraksi secara normal dengan manusia dalam kapasitasnya sebagai kucing.
Penasaran? Ini dia beberapa contohnya.
1. Kedi (2016)
Kedi adalah film dokumenter garapan Ceyda Torun yang menyorot tentang kucing-kucing liar di jalanan Istambul, Turki. Konon, kucing-kucing liar ini telah ada sejak berabad-abad di jalanan Istambul. Sebagian dari mereka liar, dan sebagian lagi diberi makan, divaksinasi, bahkan dikebiri oleh orang-orang di sekitar mereka, walau tidak dipelihara di rumah. Kita diajak memandang dinamika Istambul lewat mata para kucing ini, berikut wawancara dengan beberapa orang lokal yang sering berinteraksi dengan mereka. Satu adegan tak terlupakan adalah ketika seekor kucing digambarkan membuka mulut lebar-lebar di depan tembok yang dicoreti dengan tulisan Erdo-gone! Dan di saat yang bersamaan, si narator berkata: "Fighting for territory." Silakan artikan sendiri apa maknanya.
2. Keanu (2016)
Tadinya saya sedikit pesimis soal film aksi komedi Keanu yang disutradarai Peter Atencio ini. Pasalnya, sudah tak terhitung berapa kali saya menemukan buddy comedy (komedi yang menampilkan petualangan dua sahabat, biasanya berkisar di tema kejahatan atau aksi polisi) yang kelihatannya heboh tapi ternyata garing dan tidak seseru Hot Fuzz, Lethal Weapon, atau Rush Hour. Apalagi, premis komedi ini sedikit absurd: tentang dua sahabat yang "tidak sengaja" memelihara kucing milik pimpinan gembong narkoba, dan ketika si kucing hilang saat rumah mereka digrebek gerombolan penjahat, mereka terlibat petualangan seru ketika berusaha menemukan kucing itu. Tetapi, Keanu ternyata memberi hiburan yang cukup lumayan, dengan porsi komedi yang pas dan bisa membuat saya tertawa di saat-saat yang tepat, walau masih ada sedikit lubang-lubangnya. Selain itu, film ini dibintangi Keegan-Michael Key, salah satu komedian tamu favorit saya dalam seri komedi improvisasi Whose Line Is It Anyway, jadi klop lah!
3. Cats Don't Come When You Call (2016)
"Seorang karakter kehilangan arah hidup, harus memelihara hewan yang tidak dia sukai, tetapi hewan itu ternyata mengubah hidupnya." Ini premis yang sudah umum untuk kisah-kisah inspirasional bertema hewan, tetapi selama ini, saya lebih banyak melihat film tentang anjing daripada kucing. Cats Don't Come When You Call adalah film garapan Toru Yamamoto yang menampilkan tokoh Mitsuo, petinju yang karirnya mandek akibat cedera. Ketika pulang ke rumah kakaknya yang seniman manga, dia kebagian tugas mengurus dua ekor anak kucing yang dipungut si kakak. Walau alur ceritanya cenderung mudah ditebak, yang saya suka dari film ini adalah tidak terlalu melodramatis, tidak ada romansa yang tidak perlu (Mitsuo berteman dengan gadis tetangganya yang tahu banyak tentang kucing, tetapi tidak maksa harus pacaran), dan hubungan Mitsuo dengan kucing-kucingnya tersebut digambarkan secara alami. Setiap orang yang tidak pernah memelihara kucing tetapi kemudian memelihara untuk pertama kalinya pasti bisa merasa nyambung.
4. A Street Cat Named Bob (2016)
Judulnya mungkin sedikit nakal karena memberi gaung A Streetcar Named Desire, tetapi A Street Cat Named Bob adalah film drama yang sejenis dengan Cats Don't Come When You Call, dengan tokoh utama orang Inggris alih-alih Jepang. Film ini dibuat berdasarkan biografi James Bowen, seorang seniman jalanan di London yang menderita ADHD, schizophrenia dan bipolar serta sempat menjadi gelandangan serta kecanduan narkoba, namun berhasil menggapai hidup normal lebih cepat setelah memelihara seekor kucing jalanan yang diberinya nama Bob. Film "inspirasional" biasanya cenderung membuat saya eneg kalau terlalu "manis", tetapi film ini punya porsi pas antara drama dan pameran keimutan si Bob, walau karakter perempuan tetangga James yang kemudian menjadi pacarnya terasa sedikit dipaksakan.
5. Neko Zamurai (2013)
Bagi yang mengharapkan adegan bak-bik-buk ala film samurai sebaiknya jangan senang dulu, karena serial Neko Zamurai sebenarnya lebih banyak berkisah tentang keseharian Kyutaro, seorang samurai miskin yang menganggur, bersama seekor kucing putih bernama Tamanojo. Kyutaro tadinya ditugaskan untuk membunuh Tamanojo, kucing peliharaan bos sebuah klan, karena anak buahnya merasa bos mereka menjadi kekanak-kanakan setelah memiliki si kucing. Karena tidak tega, Kyutaro memutuskan memelihara kucing itu. Film ini mungkin terasa agak hiperbolis di beberapa bagian, dan plotnya sedikit absurd, terutama dengan Kyutaro yang ekspresi wajahnya selalu merengut seram, tetapi interaksi antara Kyutaro yang sok tsundere dan Tamanojo memberi traktiran visual yang imut. Saran saya: lebih baik menonton serial musim pertamanya saja, karena kualitas ceritanya lebih "alami" dibandingkan musim kedua.
6. Rentaneko (2007)
Bagi mereka yang kesepian atau menderita penyakit degeneratif seperti Alzheimer, hewan peliharaan terbukti bisa memberi dampak positif. Dalam Rentaneko (Rent A Cat), sutradara dan penulis naskah Naoko Ogigami menyuguhkan karakter unik bernama Sayoko, yang setiap hari menyeret gerobak lucu berisi kucing-kucing manis dalam keranjang. Dengan menggunakan megapon, Sayoko berseru-seru: "Menyewakan kucing! Kalau kau kesepian, kau bisa menyewa kucing!" Film ini tidak hanya mengikuti keseharian Sayoko bersama kucing-kucingnya, melainkan juga para karakter yang menyewa kucingnya, seperti seorang pekerja paruh baya yang sudah lama tidak menemui keluarganya, seorang wanita tua yang kehilangan seluruh anggota keluarganya, hingga resepsionis muda yang mempertanyakan makna hidupnya.
7. Harry and Tonto (1974)
Saya tahu usia tidak menandakan kedewasaan berpikir, tetapi tetap saja saya bertanya-tanya: ketika seseorang sudah menjalani hidup jauh lebih lama, bukankah tetap ada perubahan yang bisa diterka dalam pola pikir seseorang? Salah satunya mungkin digambarkan dengan apik dalam Harry and Tonto, kisah tentang seorang pria lansia yang mengira hidupnya sudah aman dan stabil di sebuah apartemen sederhana di New York bersama seekor kucing tua, hingga apartemennya kemudian terancam diruntuhkan. Dia mencoba tinggal bersama anak dan cucu-cucunya, tetapi mereka sendiri sibuk dengan masalah keluarga, sehingga dia memutuskan melakukan perjalanan keliling negeri bersama kucingnya. Harry dan Tonto bertemu beragam karakter, mengalami berbagai macam hal yang kadang lucu, menakutkan, dan mengharukan, tetapi benang merahnya tetap sama: ini adalah film tentang sepasang karakter tua beda spesies yang sama-sama menghadapi hidup dengan keluwesan yang hanya bisa dimiliki mereka yang telah melihat banyak hal. Very recommended.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Gimana pendapat Anda?