Tahun rilis: 2017
Sutradara: Julia Ducournau
Bintang: Garance Marillier, Ella Rumpf, Rabah Naït Oufella, Laurent Lucas, Joana Preiss
My rate: 3.5/5
Film horor sejak dulu banyak memajang karakter wanita, dan tidak ada film horor yang lengkap tanpa kehadiran final girl, gadis yang hidup terakhir dan "ditakdirkan" untuk menghabisi si monster. Akan tetapi, sentuhan sutradara wanita harus diakui masih kurang kental dalam dunia penggarapan film horor. Untungnya, nama-nama seperti Soska Sisters, Karyn Kusama, Roxanne Benjamin, Anna Biller, Leigh Janiak, Ana Lily Amirpour, dan Jennifer Kent telah berhasil membawa napas segar dalam eksplorasi horor di abad ke-21 dengan sentuhan unik seperti di film American Mary, The Invitation, Southbound, Honeymoon, Jennifer's Body, The Love Witch, A Girl Walks Home Alone at Night, dan The Babadook. Film debut Julia Ducournau, Raw, menggabungkan kanibalisme dengan kisah tentang tumbuh dewasa serta kesadaran akan kuasa terhadap tubuh, dengan mengusung karakter gadis muda yang mengalami perubahan ekstrem ketika mencoba mencari jati diri saat memasuki dunia kampus.
Justine (Marillier) telah menjadi vegetarian seumur hidupnya karena paksaan ibunya. Akan tetapi, ketika memasuki kampus kedokteran hewan, Justine dan teman-teman barunya justru dipelonco dengan cara disiram darah hewan serta dipaksa makan potongan kecil ginjal hewan mentah. Mulanya Justine menolak, namun kakaknya, Alexia (Rumpf) yang telah menjadi senior di kampus itu menyuruhnya untuk menurut. Setelah menelan potongan ginjal, Justine mulai mengalami ruam-ruam aneh di tubuhnya, dan mendadak merasa ingin makan daging mentah.
Justine berusaha menyembunyikan hasrat barunya dari semua orang, termasuk sahabatnya, Adrien (Oufella). Akan tetapi, hasratnya untuk makan daging mentah semakin besar, sampai ke tahap di mana daging hewan tidak memuaskannya, dan dia bahkan memakan potongan jari Alexia setelah kakaknya itu mengalami kecelakaan dengan gunting. Seiring bertumbuhnya hasrat untuk makan daging, Justine juga mulai menunjukkan perubahan dalam perilakunya, yang semakin berkembang ketika sang kakak sedikit demi sedikit menunjukkan tanda-tanda bahwa dia mengetahui sesuatu yang tidak diketahui Justine terkait selera makan barunya.
Walau ada embel-embel "kanibalisme" di film ini, Raw bukanlah tontonan tepat untuk pecinta torture porn serta film-film eksploitasi kanibal macam Cannibal Holocaust dan The Green Inferno. Ducournau mendedikasikan lebih dari paruh pertama film untuk mengajak kita memasuki dunia Justine serta perubahan mengagetkan yang terjadi pada dirinya: mulai dari adegan makan bersama keluarga yang diinterupsi protes ibunya kepada pelayan restoran karena ada secuil daging nyasar di piring Justine, adegan pelonco yang dihiasi cipratan darah merah, hingga perubahan perilaku yang menyertai selera makan baru Justine. Bisa dibilang ini adalah film yang "intim", memotret horor yang menyertai perubahan dalam diri karakternya, mirip seperti Contracted.
Saya sendiri menyukai segala macam film horor, mulai dari yang sensasional, berdarah-darah, hingga mengobral kengerian supranatural. Akan tetapi, film-film horor tersukses atau yang dikenal sebagai klasik kerap "menohok" sesuatu yang lebih mendalam, dan menjadi alegori terhadap isu-isu yang dihadapi manusia. Rosemary's Baby adalah wujud ketakutan wanita terhadap masyarakat patriarki yang mengendalikan hak reproduksinya. Dawn of the Dead menyindir serbuan budaya konsumerisme. Mama mengusung karakter wanita yang merasa tidak siap menjadi ibu. It Follows adalah analogi dari penyakit menular seksual. The Babadook adalah alegori dari duka cita yang meneror secara perlahan. Get Out memotret ketegangan rasial dan kemunafikan kaum liberal kulit putih di Amerika Serikat. The Shining telah diinterpretasikan sebagai banyak hal, mulai dari potret kegilaan, krisis maskulinitas, hingga sejarah pembantaian penduduk pribumi Amerika. Raw tidak ragu-ragu mengikuti langkah film-film ini.
Raw menggunakan imaji atmosferik serta penggunaan warna yang efektif untuk mendukung jalan cerita serta perkembangan karakter tokoh Justine. Menit-menit awal yang muram mengikuti karakter Justine sebagai gadis pemalu berwajah tertekan yang berada di bawah "tirani" vegetarianisme keras ibunya. Ketika Ducournau mengobral palet merah lewat siraman darah di acara pelonco, serta menjejalkan ginjal kelinci ke mulut Justine, si gadis pemalu dengan kaus bergambar unicorn pun perlahan menghilang. Tidak sulit melihat Raw sebagai perlambang perubahan drastis yang dialami seorang gadis muda yang mencoba mencari jati diri, serta perjuangan seorang wanita merebut kendali atas tubuhnya.
Dunia bisa menjadi tempat yang penuh penilaian kejam bagi wanita. Mulai dari tubuh, kata-kata, cara berpikir, cara berpakaian, seksualitas hingga hak reproduksi, tidak ada dari diri kaum wanita yang tidak pernah dinilai bahkan dihakimi. Dunia Justine dalam Raw berkisar di kampus. Masa kuliah pertama serta kedewasaan awal biasanya adalah masa di mana orang sibuk mencoba-coba identitas berbeda, dan kerap kali merasa gamang karenanya. Percakapan Justine dengan dokter yang memeriksa kulitnya pun menunjukkan betapa kejamnya dunia yang penuh penilaian ini, dan ketika Justine dengan takut-takut tapi penasaran mencoba memuaskan hasrat kanibalisme barunya, saat itu saya bisa bersimpati, karena menyadari bahwa merebut kendali atas diri sendiri (baik secara fisik maupun psikologis) membutuhkan keberanian yang luar biasa.
That being said, pecinta horor ekstrem tidak akan menemukan apa yang mereka cari di sini (walau klimaksnya cukup spektakuler dengan cara yang kalem). Horor kanibal dalam Raw cenderung digambarkan secara elegan, walau Ducournau sangat murah hati dengan palet merahnya. Tetapi, bukan berarti ini film membosankan, karena Raw justru sangat bagus dari segi drama. Petualangan ekstrem Justine, pada akhirnya, hanyalah representasi visual dari apa yang sebenarnya juga menakutkan bagi seorang wanita di dunia nyata: mengambil kendali atas tubuhnya dan bebas dari kungkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Gimana pendapat Anda?