Tahun rilis: 2010
Sutradara: Pierre Salvadori
Bintang: Audrey Tautou, Sami Bouajila, Nathalie Baye
My rate: 2.5/5
Aktor-aktor tertentu akan selalu diingat karena satu peran ikonik walaupun mereka telah bermain dalam banyak film. Pierce Brosnan identik dengan James Bond. Orlando Bloom identik dengan Legolas. Daniel Radcliffe identik dengan Harry Potter. Audrey Tautou, tentu saja, selalu identik dengan si cantik nyentrik Amelie dalam film berjudul sama. Tentu saja itu tidak apa-apa selama aktor-aktor tersebut bisa membuat kita melupakan bayang-bayang peran mereka dalam film-film selanjutnya. Masalahnya, itu tidak terjadi pada Tautou di film ini.
De Vrais Mensonges (judul bahasa Inggris: Beautiful Lies) menceritakan tentang pemilik salon bernama Emilie (Tautou) yang frustrasi karena ibunya, Maddie (Baye), seolah kehilangan gairah hidup dan tak percaya diri setelah diceraikan suaminya. Di saat yang sama, Emilie juga mendapat surat cinta anonim yang puitis nan berapi-api, yang rupanya ditulis diam-diam oleh Jean (Bouajila), tukang yang bekerja di salonnya. Emilie tidak menaruh minat pada isi surat itu, namun ketika menyadari bahwa isinya sangat indah, dia menyalin surat cinta tersebut dan mengirimkannya ke rumah ibunya, seolah sang ibu mendapatkan surat cinta dari pengagum rahasia.
Upaya Emilie memang berhasil, tetapi keadaan jadi lebih pelik ketika tak ada lagi surat yang datang, dan Maddie kembali depresi. Emilie mencoba menulis surat lainnya, tetapi dia tak bisa merangkai kata-kata seindah Jean, sehingga ibunya menyangka bahwa surat tersebut hanya tipuan. Maddie justru tanpa sengaja melihat Jean memasukkan surat ke kotak surat di rumahnya (atas suruhan Emilie), dan menyangka bahwa Jean-lah pengagum rahasianya. Jean dan Emilie pun terpaksa meneruskan kebohongan mereka untuk mencegah Maddie merasa sakit hati, walau Emilie harus menanggung konflik pribadi terkait benih-benih ketertarikan terhadap Jean yang perlahan muncul di hatinya.
De Vrais Mensonges mungkin terasa seperti versi modern dari novel karya Jane Austen, Emma, yang juga mengisahkan tentang seorang gadis yang selalu salah kaprah dalam upayanya menjadi mak comblang. Dari segi visual, tone cerah yang mewarnai film ini seolah mencerminkan Paris ala Amelie: gambaran Paris yang cenderung ke arah ideal seperti kartu pos atau foto di brosur wisata. Sosok Tatou yang memerankan pemilik salon, Emilie, juga digambarkan masih menyimpan jejak-jejak Amelie yang serba "melambung-lambung" dan bubbly, walaupun Emilie sendiri digambarkan sebagai perempuan yang sedikit kaku (mungkin bukan kebetulan juga kalau nama Emilie mirip dengan Amelie!).
Salvadori mungkin tidak punya niat terlalu serius ketika membuat De Vrais Mensonges, dan lebih meniatkannya seperti komedi romantis yang walau terlihat ringan namun ternyata berkesan, seperti Four Weddings and a Funeral atau Amelie. Sayangnya, tidak seperti kedua film tersebut yang memang berkesan, De Vrais Mensonges lebih terasa seperti coklat murah yang rasa manisnya kelewatan, tanpa sedikitpun rasa coklat asli. Mulai dari plot yang terasa dipaksakan hingga karakter Emilie yang tidak konsisten, yang lebih ingin membuat saya mengomelinya ketimbang mendukung romansanya dengan Jean. Jika saya harus menggambarkan film ini dengan dua kata, inilah yang terpikirkan oleh saya: pemanis buatan.
Nathalie Baye sebagai ibu Emilie dan Sami Bouajila sebagai Jean menunjukkan performa akting yang cukup mumpuni (walau Baye sejujurnya tidak seistimewa Bouajila), dan saya pribadi menikmati saat-saat ketika mereka muncul di layar; paling tidak, karakter mereka terlihat lebih natural. Sayangnya, film ini tidak memberi perhatian yang sama pada pemeran pendukung lainnya, seperti para pegawai salon di tempat Emilie. Mereka seolah hanya berfungsi sebagai hiasan, tanpa interaksi atau dialog bermakna dengan tokoh utama lainnya, dan ada seorang pegawai salon yang rasanya ingin banget saya suruh diam saja karena mengganggu sekali (kalau Anda nonton, mungkin akan tahu yang mana, terutama kalau Anda tipe penonton sensitif). Melihat orang sebanyak itu tetapi "mubazir" rasanya kok seperti menyia-nyiakan potensi yang ada di layar.
Mengutip kritikus film The Guardian, Xan Brooks, yang dikutip di situs sejuta umat, Wikipedia: "Hanya Sami Bouajila yang berhasil keluar dari film ini dengan harga diri relatif masih utuh." Akting kalem Bouajila memang sepertinya menjadi penyelamatnya dalam film ini, ketika karakter lainnya entah terlalu ekspresif atau terlalu tidak menarik perhatian (yang dalam film ini sama sekali tidak membantu). De Vrais Mensonges pada akhirnya berakhir seperti coklat yang terlalu banyak gulanya: manis, tapi tidak akan saya makan terlalu sering, kecuali lagi kepingin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Gimana pendapat Anda?